Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh….
Hmm.. MATA KETIGA…??
Hmm.. Banyak yang terjebak dengan kata-kata dan istilah… Mata Ketiga senantiasa dikaitkan dengan kemampuan untuk melihat secara visual atau gambar. Padahal sebenarnya tidak demikian. Mata Ketiga sebenarnya merupakan salah satu Organ Intuisi atau Indra Ke-enam manusia yang terletak di otak yang di sebut dengan God Spot atau Kelenjar Pineal Gland.
Manusia sebenarnya memiliki enam indera. yang lima indera disebut sebagai panca indera, sedangkan yang keenam disebut sebagai indera ke enam. Panca indera terdiri dari mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.
Mata digunakan untuk melihat. Dan hanya bisa melihat ketika ada pantulan cahaya dari benda yang ingin dilihat ke mata kita. Jika tidak ada pantulan cahaya, meskipun ada benda di depan kita, benda tersebut tidak bisa kita. lihat. Misalnya dalam kegelapan yang sangat, kita pun tidak mampu melihat tangan kita sendiri.
Indera penglihatan ini memiliki berbagai keterbatasannya. la hanya mampu melihat jika ada pantulan ‘cahaya Tampak’ pada frekuensi 10 pangkat 14 Hz. Ia tidak bisa melihat benda yang terlalu jauh. la juga tidak bisa melihat benda yang terlalu kecil seperti atom atau elektron. Juga tidak bisa melihat benda-benda di balik tembok.
Bahkan mata kita gampang tertipu dengan berbagai kejadian, misalnya fatamorgana. Atau juga pembiasan benda lurus di dalam air, sehingga kelihatan bengkok. Dan lain sebagainya.
Penglihatan oleh mata kita sangatlah kondisional, dan tidak ‘menceritakan’ fakta yang sesungguhnya kepada otak kita. Ambillah contoh, gunung kelihatan biru bila kita lihat dari jauh. Padahal fakta yang sesungguhnya : pepohonan di gunung itu berwarna hijau. Contoh lain, bintang-bintang di langit kelihatan sangat kecil dan berkedip-kedip. Padahal sesungguhnya ia sangatlah besar, ratusan sampai ribuan kali lebih besar dibanding bumi yang kita tempati dan tidak berkedip-kedip.
Juga jika kita menganggap bahwa besi adalah benda padat yang massif dan diam. Pada kenyataannya, besi itu berisi jutaan elektron yang bergerak berputar-putar dan penuh dengan lubang. Dan masih banyak lagi contoh lainnya yang membuktikan bahwa penglihatan kita ini mengalami distrorsi alias penyimpangan yang sangat besar.
Namun demikian mata inilah yang kita gunakan untuk memahami dunia kita. Ya, dunia di luar diri kita. Mata tidak bisa kita gunakan untuk ‘melihat’ dunia di dalam diri kita, seperti pikiran dan kehendak.
Keterbatasan penglihatan kita ini sebenarnya karunia dari Allah. Bayangkan jika penglihatan kita tidak terbatas. Kita pasti bisa melihat jin, bisa melihat manusia lain di balik tembok, atau melihat elektron-elektron pada air yang mau kita minum, atau melihat molekul-molekul udara yang mau kita hirup untuk bernafas. Hidup kita akan sangat kacau dan menakutkan…
Telinga, demikian pula adanya. Telinga adalah alat kelengkapan kita untuk memahami suara yang berasal dari dunia di luar diri kita. Telinga juga memliki berbagai keterbatasannya. la hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 s/d 20.000 Hertz (getaran per detik). Suara yang memiliki frekuensi tersebut akan menggetarkan gendang telinga kita, untuk kemudian diteruskan ke otak oleh saraf-saraf pendengar. Maka, hasilnya kita bisa ‘mendengar’ frekuensi suara yang berasal dari dunia luar kita itu.
Jika ada suara-suara yang getarannya di luar frekuensi tersebut (lebih tinggi atau pun lebih rendah) maka kita tidak akan bisa mendengarnya. Misalnya suara kelelawar dengan frekuensinya yang sangat tinggi. Atau juga suara belalang. Dan beberapa jenis suara lainnya.
Kita juga tidak mampu menangkap suara yang terlalu lemah intensitasnya, seperti orang yang berbisik. Atau, kita juga tidak mampu menangkap suara yang terlalu jauh sumbernya dari kita. Juga tidak mungkin kita mampu menangkap suara-suara pada frekuensi sangat tinggi, seperti pada gelombang radio, dan lain sebagainya.
Pada intinya, telinga kita memiliki keterbatasannya. Sebagaimana mata, juga sering mengalami distorsi alias penyimpangan. Di tempat yang riuh misalnya, telinga kita tidak mampu menangkap pembicaraan dengan volume normal. Dan jika digunakan untuk mendengar suara yang terlalu keras, gendang telinga kita bisa mengalami kerusakan.
Allah memberikan batas pendengaran kita sebagai karunia dan rahmat. Bayangkan jika pendengaran kita tidak dibatasi, maka kita akan bisa mendengarkan suara-suara berbagai binatang malam. Juga kita bisa mendengarkan suara jin, dan lain sebagainya. sehingga kita pasti tidak akan bisa tidur karenanya…
Indera yang ketiga adalah hidung. Indera ini digunakan untuk memahami bau. Gas yang mengandung partikel-partikel bau menyentuh ujung-ujung saraf pembau di lubang hidung kita bagian dalam. Maka, dikatakan kita bisa membaui benda atau masakan tertentu, karena rangsangan yang ditangkap oleh saraf pembau itu akan diteruskan ke otak kita, dan kemudian memberikan ‘kesan’ bau tertentu kepada kita.
Namun ini juga memiliki berbagai keterbatasannya, serta memberikan distorsi yang beragam. Jika kita membaui aroma yang terlalu ‘pedas’ misalnya, maka hidung kita akan bersin-bersin. Demikian pula jika kita membaui aroma busuk terlalu lama, maka hidung kita akan beradaptasi dan kemudian memberikan kesan bahwa aroma tersebut tidaklah busuk lagi. Dan sebagainya.
Dan kemudian indera pengecap dan peraba, yaitu lidah dan Kulit. Lidah digunakan untuk mengecap rasa, sedangkan kulit digunakan untuk merasakan kasar halusnya sebuah benda. Sebagaimana indera indera sebelumnya, maka kedua indera ini juga memiliki banyak keterbatasan dalam memahami fakta yang ada di luar dirinya.
Kalau kulit kita dibiasakan dengan benda kasar terus dalam kurun waktu yang panjang, maka kepekaan kulit kita untuk memahami benda yang halus juga akan berkurang. Kalau kulit dibiasakan dengan suhu panas dalam kurun waktu yang lama, maka ia juga tidak mampu mendeteksi suhu dingin dengan baik. Begitu juga dengan kemampuan lidah kita. Dalam kondisi terlalu pedas, misalnya, kepekaan lidah kita akan sangat berkurang. Dan lain sebagainya.
Dengan berbagai penjelasan di atas, saya hanya ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa indera kita bekerja dalam keadaan yang sangat kondisional, dan kurang bisa dipercaya. Juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sangat sempit dalam memahami fakta yang sesungguhnya. terjadi. Panca indera hanya bisa digunakan untuk melihat ‘Dunia Luar’ dalam kondisi yang sangat terbatas!
Sebenarnya, manusia memiliki indera yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan panca inderanya. Itulah Indera ke enam. Setiap orang memiliki indera ke enam yang bisa berfungsi melihat, mendengar, meraba, merasakan, dan membaui sekaligus.
Jadi MATA KETIGA = INDRA KE ENAM.
Dan itu tidak melulu soal melihat secara gambar atau visual, tetapi bisa juga bersifat mendengar, meraba, merasakan, dan membaui sekaligus. Dan potensi ketajaman Indra Keenam tiap orang tidak sama.
Ada yang Dominan Potensi Melihat, atau Indra keenamnya berbakat di bidang penglihatan gaib.
Ada yang Dominan Potensi Mendengar, atau Indra keenamnya berbakat di bidang pendengaran gaib.
DLL.
Dengan memahami ini, maka kita tidak akan iri dengan kemampuan orang lain. Tetapi kita akan lebih fokus memaksimalkan ketajaman indra keenam yang kita miliki…
Tumbuhkan Kesadaran untuk mensyukuri setiap anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Maka potensi diri kita akan semakin ditingkatkan oleh Allah swt…
Kenapa tidak semua kita bisa menggunakan Indra keenamnya? ya, karena kita tidak melatihnya. Sejak kecil, setiap manusia memiliki indera ke enamnya, dan berfungsi dengan baik. Karena itu, seorang bayi bisa melihat dunia Dalamnya. la menangis dan tertawa sendiri, karena melihat ada ‘Dunia Lain’, selain yang bisa ‘dilihat’ oleh panca indera orang dewasa. Seorang anak sampai usia balita bisa melihat dunia jin.
Akan tetapi seiring dengan pertambahan waktu, kemampuan indera ke enam kita itu menurun drastis. Sebabnya adalah orang tua kita tidak melatih indera ke enam kita itu. Mereka lebih melatih panca indera kita untuk memahami ‘Dunia Luar’. Orang tua kita lebih risau jika kita tidak bisa memfungsikan panca indera ketimbang indera yang ke enam. Padahal kemampuan indera ke enam ini jauh lebih dahsyat.
Kita bisa membuktikannya pada beberapa orang yang mengalami masalah dengan penglihatannya, tetapi ia memiliki ‘perasaan’ (feeling) yang lebih kuat dibandingkan dengan orang normal.
MATA HATI
Sasaran penggarapan peribadatan dalam Islam adalah Hati. Sebelumnya juga telah dijelaskan bagaimana cara melembutkan hati agar bisa memunculkan aura jernih, yang menjadi ciri khas ahli Surga nantinya.
Disisi lain Allah juga memberikan gambaran bahwa hati ternyata menjadi indera utama kita ketika hidup di akhirat nanti. Hal tersebut dikemukakan oleh Allah di dalam ayat berikut,
“Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya.” QS. Al Israa:72
Sangat jelas Allah memberikan gambaran dalam ayat di atas bahwa kalau hati kita buta di dunia ini, maka nanti di akhirat kita tidak akan bisa melihat, dan kemudian hidup kita menjadi sangat susah di sana karena tidak tahu jalan. Tersesatlah kita. Kenapa bisa demikian? Bagaimana menjelaskannya?
Dan yang menarik, Allah mengatakan di dalam ayat di atas bahwa kehidupan akhirat nanti akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan MATA HATI. Barang siapa buta hatinya di dunia, maka di akhirat nanti akan buta juga, bahkan lebih sesat lagi jalannya. Kenapa demikian? Karena memang panca indera kita itu tidaklah bisa diandalkan untuk memahami kenyataan. Apalagi untuk ‘bertemu’ Allah.
Apa yang kita lihat sekarang ini, bukanlah fakta yang sebenarnya dari kehidupan ini. Apa yang kita dengar, juga bukanlah fakta yang sebenarnya dari alam sekitar ini. Semua yang kita pahami lewat panca indera kita di dunia ini sebenarnya bukanlah fakta yang sesungguhnya. Fakta yang sesungguhnya akan terungkap ketika kita hidup di akhirat.
Allah berfirman : “Pada hari terbongkar segala rahasia….” (QS. At Thaariq : 9)
“Pada hari mereka mendengar suara dengan sebenarnya. Itulah hari keluar dari kubur” (QS. Qaaf:42)
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam” (QS. Qaaf:22)
Ketiga ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa pendengaran dan penglihatan yang sebenarnya itu adalah ketika, kita berada di alam akhirat. Pendengaran dan penglihatan di dunia ini serba menipu. Pada saatnya nanti, yang tidak nampak kini, akan dinampakkan oleh Allah.
Kenapa demikian? Karena alam akhirat adalah alam berdimensi 9 di langit yang ketujuh yang memungkinkan kita untuk melihat alam berdimensi lebih rendah langit 1 sampai dengan langit 6 dengan lebih gamblang.
Kita, manusia, hidup di langit pertama yang berdimensi 3. Sedangkan bangsa jin, menempati langit kedua yang berdimensi 4. Dan malaikat adalah makhluk Allah yang bisa bergerak lintas dimensi, sampai ke langit yang ketujuh.
Akan tetapi secara ringkas, saya ingin mengatakan bahwa di alam akhirat yang berdimensi 9 itu kita, tidak bisa menggunakan panca indera kita. Seperti halnya, kita tidak bisa melihat jin dan malaikat dengan mata kita. Bisanya hanya dengan indera ke enam. Apalagi untuk ‘melihat’ Allah. Mata kita tidak berfungsi. Allah hanya bisa ‘dilihat’ dengan mata batin, alias Hati.
Karena itu, orang yang tidak melatih hatinya saat hidup di dunia sehingga hatinya tertutup maka mereka akan dibangkitkan Allah di akhirat nanti dalam keadaan buta. Hal ini diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thahaa:124)
“Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam, itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (QS. Israa:97)
Bagaimana cara melatih hati kita agar terbuka? Banyak banyaklah melakukan berbagai peribadatan yang diajarkan Rasulullah kepada kita, seperti shalat yang khusyuk, puasa, dzikir, berhaji, dan lain sebagainya dengan tulus dan ikhlas
MATA KETIGA VS MATA HATI
Mata Ketiga berpusat di kelenjar Pineal Gland di otak kita. Sedangkan Mata Hati berpusat di Qolbu (Jantung) kita. Mata ketiga yg berpusat Di Pineal Gland mempunyai saluran yg terhubung dg Lathoif Qalbu yg ada di titik kepala jantung. Spiritualis non muslim menyatakan bahwa yg menjadi kepalanya (intinya) adalah pineal gland, sedangkan yg menjadi ekornya ada di jantung. Tapi menurut saya justru kebalikannya, yg berada di pineal gland itulah yg ekor, sedangkan pusatnya yg berada di Qalbu.
Pengalaman membuktikan, Bagi siswa NAQS yg sdh berlatih kultivasi dalam pelajaran Kuantum Makrifat. Walaupun dia tdk berlatih meditasi mata ketiga. Namun ternyata mata ketiganya juga menjadi aktif secara otomatis. Cakra-cakra spiritual yang berada di daerah kepalanya juga secara otomatis menjadi meningkat aktifitasnya. Indra ke enam, intuisi, dan juga kecerdasan laduninya juga ikut berkembang…
Maknanya, orang yg berlatih hanya meditasi mata ketiga belum tentu mampu mengaktifkan Lathoif Qolbunya, makanya mereka bilang Qalbu itu hanya ekor atau potensinya kecil. Itu karena mereka tidak mampu untuk mengolah lathoif qolbu. Sehingga menjadi wajarlah bila mereka tidak mampu menangkap kebenaran Tauhid dalam Islam.
Sedangkan bagi orang yg melatih Qolbunya, secara otomatis mata ketiganya atau Kelenjar Pineal Gland teraktivasi, jadi kesimpulannya mata ketiga itulah yg mengekor kepada Qalbu…
Sedangkan titik Lathoif Qolbu itu sendiri adalah titik ujung terluar dari jembatan penghubung yg menghubungkan alam Materi dengan Alam Maha Kosmos (Arsy/Alam Ketuhanan), yg rahasianya hanya diketahui oleh para pewaris Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mengolah Mata Hati ini, maka tidak hanya indra keenam kita yang semakin tajam. Tetapi hati kita juga akan menjadi semakin jernih sehingga dapat menangkap kebenaran Tauhid dalam Islam. Memahami kebenaran Dua Kalimah Syahadat secara Hakiki. Tidak hanya bersaksi atas ke-esaan Tuhan, tetapi juga bersaksi atas kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Makanya, tdk heran perbedaan konsep ini juga berpengaruh pd perbedaan filosofi. Yang mana terkait dg ketauhidan yg terbagi menjadi dua filosofi, yaitu Beriman kpd Allah sebagai Dzat Pencipta alam semesta. Dan ini sesuai dg Al Quran. Dan beriman kpd Tuhan dlm konsep emanasi, yaitu makhluk dlm derajat Ruh (Sejatinya Diri/Higher Self) adalah merupakan emanasi dari Dzat Tuhan. Dan filosofi ini sgt dipengaruhi oleh konsep agama Hindu Budha dan faham Manunggaling Kawulo Gusti.
Jadi walupun agamanya islam, bila metode spiritualnya menjadikan cakra ajna & cakra mahkota ataupun pineal gland sbg pusat spiritulitasnya. Maka bs dipastikan secara ruhaniah dia akan tercetak utk mempunyai mindset faham emanasi, wihdatul wujud. Karena dia merasa diri sebagai bagian instrinsik dari Dzat Tuhan yang dalam hal ini Tuhan itu identik dengan Alam semesta.
Dari sini pulalah Konsep Nur Muhammad terpecah menjadi dua. Yaitu Nur Muhammad adalah semata-mata sebagai Inti & Ibu dari Energi Alam Semesta. Oleh karenanya siapapun saja tanpa memandang agamanya apa, akan dapat terhubung dengan Nur Muhammad ini. Asal dia sudah cukup mumpuni dalam melatih spiritualnya.
Sedangkan Konsep kedua memandang bahwa tidak semua manusia secara otomatis dapat mengakses Nur Muhammad, walaupun dia sudah sangat hebat dalam mengolah spiritualnya. Bila tidak mewarisi Nur Muhammad yang diwarisi dari Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Sebagai wasilah atau frekwensi pembawa ruhaninya untuk terhubung dengan Nur Muhammad. Serta sebagai wasilah untuk mendewasakan Ruhaninya mencapai derajat keseimbangan yang sempurna dalam Hakekat Muhammadiyah atau Insan Kamil. Jadi dalam konsep kedua ini Nur Muhammad mempunyai dua definisi, yaitu sebagai Inti & Ibu dari Energi Alam Semesta dan sebagai Al-Wasilah. Dan yang pasti konsep kedua ini menyatakan bahwa Nur Muhammad bukanlah Dzat Tuhan, Jadi Nur Muhammad hanyalah sekedar Makhluk Ciptaan Allah yang paling awal dan paling sempurna. That’s all….
Sebagai penutup mari kita renungkan syair Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M – 1430M], berikut ini :
Qalbu adalah Singgasana Allah
Pusat kendali diri setiap manusia
Landasan penampakkan Al Haq
Ranah hamparan kasih rahmatNya
Ia adalah cerminan hakikatNya
Mikroskop nilai keluhuranNya
Wadah penampung kalamNya
Jaring penangkap isyarat-isyaratNya
Ia dianalogikan dengan cahaya
Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani
Ia laksana, minyak dan lampu
Dalam Misykat serta kaca menyala
Ia mudah terbalik dan pongah,
Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,
Ia kadang bersinar, kadang gelap,
Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,
Qalbu didatangi DutaNya untuk
Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan
Qalb suci bermoral malaikatNya
Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat
Qalbu adalah penanda setiap insan
Adakah ia manusia baik atau buruk
Ia merupakan pundit rahasia batin
Samudera pengetahuan setiap manusia
Ia kunci pembuka keagunganNya
Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya
Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya
Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya
Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki
Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu
Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu
Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu
Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati
Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya
Qalbu adalah perbendaharaan agung
Modal utama setiap manusia menujuNya
Insan yang tidak memuliakan kalbunya
Akan menuai keburukan abadi di sisiNya
Qalbu adalah landasan pacu hakikat
Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor
Qalbu yang tidak suci berlumur hijab
Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah
Qalbu adalah media Wushul da Qurb
Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu
Hakikat kebaikan bersendikan qalbu
Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk
Ilham suciNya turun di qalbu suci
Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan
Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya
KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih
KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu
Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu
Qalbu adalah sentra penentu nasib
Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu
Qalbu yang taat beroleh ridhaNya
Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya
Qalbu yang pongah dan tersesat
Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya
Wajah kebaikan qalbu adalah lurus
Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya
Tajamkan mata Qalbu dan pikir
Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya
Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh
Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya
Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu
Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya
Pandanglah kebaikan-kebaikanNya
Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki
WALLAHU A’LAM….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar